Halaman

Sabtu, 10 November 2012

CERPEN ANAK


BONI DAN BENI

Pagi yang cerah. Hari ini adalah hari minggu. Dimana waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dan menghibur hati setelah kesibukan selama enam hari. Begitu juga dengan para anak binatang. Seperti biasa, jika hari libur tiba mereka selalu bermain riang bersama. Ada Chiko si kelinci putih yang imut, Bery si beruang, Tamy si kura-kura, dan Boni si Gajah gemuk berbelalai panjang. Mereka tampak asik bermain kejar-kejaran dan petak umpet di taman kota.
Tiba-tiba, ketika Bery, Boni, dan Tamy sedang sibuk bersembunyi dari Chiko yang
mendapat giliran jaga. Beni  si kera kecil lincah datang dengan menaiki sepeda barunya. Dari kejauhan Beni melihat Chiko tampak kebingungan mondar-mandir mencari sesuatu sambil memanggil nama mereka bertiga. Awalnya Beni tidak peduli sampai ia tidak sengaja melintas di tempat persembunyian Boni di balik semak-semak tebal. Dia pun  mengajaknya bicara.
“ Hai Boni, itu penyamaran yang hebat…! ”,kata Beni sambil menunjuk belalai Boni yang ditegakkan seolah tampak seperti batang pohon. Badannya yang bulat juga terlihat seperti sebuah batu.
“ Hei kamu ini apa-apaan. Aku sedang bersembunyi dari Chiko. Cepatlah menyingkir! ”,kata Boni geram dengan suara seperti orang berbisik.
“ Iya, aku tahu kok kalian sedang bermain permainan kuno ini. Apa kamu tidak tertarik mencoba sepeda baru ku yang super keren ini? ”,kata Beni dengan nada sombong. “ Boni dapat !! ”,tiba-tiba Chiko mengejutkan dengan melompat dari balik semak-semak. Ternyata sejak tadi dia sudah curiga melihat Beni berbicara dengan batang pohon yang aneh.
Boni yang tidak terima tentu saja menjadi kesal dan marah kepada Beni. Namun, Beni sepertinya sama sekali tidak merasa bersalah dan tidak mau minta maaf. Malahan dia semakin mengejek teman-teman lainnya yang datang ke tempat mereka berdua. Beni mengatakan kalau mereka sangat ketinggalan zaman dan bermain sepeda adalah permainan baru yang Super keren. Beni lantas pergi begitu saja meninggalkan Chiko, Bery, dan Tamy yang tampak mengagumi sepedanya dengan warna merah cerah itu.  Sedangkan Boni masih terus menggerutu.
“ Boni, kenapa kamu tampak kesal? Kita kan nanti bisa pinjam sepeda Beni. Dan bermain bersama ”, kata Chiko kepada Boni yang hanya berdiam diri saja.
“ Iya betul! Aku nanti yang akan pinjam pertama kali sepedanya. Cihuuyy! Pasti seru “,kata Bery dengan semangat.
“ Dan setelah kamu aku ya yang pinjam. Cihuyy! Pasti keren “,kata Tamy menambahkan dan mencoba menirukan perkataan Bery.
Sementara mereka asyik membicarakan dan memuji-muji kehebatan sepeda Beni, Boni pergi meninggalkan mereka bertiga. Sepanjang jalan dia terus pasang muka masam. Hatinya masih geram kepada Beni. Sebenarnya yang membuatnya marah adalah bukan karena Beni mengacaukan persembunyiannya tadi, tetapi karena sikap dan tingkah laku Beni yang sangat tidak sopan telah merendahkan teman-temannya.
Saking kesalnya Boni memikirkan hal itu sampai-sampai dia tidak menghiraukan lingkungan disekitarnya. Bahkan ketika dia lewat di depan rumah Beni. Di kebun depan rumahnya tampak Paman Kora, Papanya Beni yang sedang memanen buah hasil berkebunnya. Paman Kora pun menyapa Boni. Dia heran kenapa nak Boni seolah tidak mendengar padahal suaranya cukup keras.
Sesampainya di rumah Boni langsung pergi ke ruang makan. Dia melihat sudah ada makanan di meja. Ada sayuran hijau, lauk pauk dan juga air putih. Mamanya masih sibuk membersihkan dapur. Di dalam hatinya ada keinginan meminta mamanya untuk membelikan dia sepeda baru juga. Tapi, niat itu diurungkan karena dia sadar mamanya pasti tidak punya cukup uang. Apalagi ayahnya hanyalah seorang buruh kecil.
Siang itu Bibi Bona datang dari luar kota. Dia sengaja datang jauh-jauh untuk menemui keponakannya. Tentu saja Boni menyambut bibinya dengan suka cita dan bersorak riang “ Horeeee! Mama, ada Bibi Bona datang !” Setelah mencium tangan dan memberi salam, Boni mengajak Bibi Bona masuk ke rumah kemudian mengambilkannya segelas air putih.
“ Boni…kau sudah tumbuh semakin besar dan pintar ya. Bibi sangat rindu pada mu “,kata Bibi Bona sambil mengelus kepala Boni.
“ Iya dong Bi, Boni kan anak yang rajin belajar dan suka membantu mama dan ayah. Boni juga sangat rindu kepada Bibi Bona “,kata Boni manja.
“ Oh iya Bibi ada membawakan sesuatu untuk mu “,kata Bibi Bona sambil mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang.
Boni sangat senang dan begitu penasaran dengan apa yang ada di dalam kotak itu. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Bibinya dia pun langsung membuka kotak itu. Ternyata isinya adalah sepasang sepatu berwarna kuning. Itu adalah warna kesukaan Boni. Boni senang bukan main. Sore itu juga dia memakai sepatu barunya pergi jalan-jalan. Dia berpikir siapa tahu saja dia bertemu Beni sehingga dia bisa membalas perbuatan kera sombong itu.
Sementara itu di taman kota, Beni tampak sedang asyik membawa keliling-keliling sepedanya. Dia meliuk-liuk dengan lincah di antara semak dan pepohonan rindang. Di sampingnya juga ada Bery yang sejak tadi berlari mengikuti Beni kemanapun dia pergi. Sepertinya Bery sangat berharap sekali Beni akan meminjamkan sepedanya. Tapi Beni tidak kunjung meminjamkannya .
 Hingga akhirnya karena kurang hati-hati Beni terperosok ke dalam parit yang cukup tinggi di tepian taman dan aliran airnya sangat deras. Beruntung dengan sigap Beni melompat dari sepedanya. Namun, separuh dari badan sepeda Beni telah masuk ke dalam air. Tangan Beni dengan sekuat tenaga menahan sepedanya agar tidak terbawa aliran air itu. Dia berusaha menariknya ke atas, tapi genggamannya semakin lemah. Bery yang melihat pun tak dapat berbuat banyak.
Kemudian dari kejauhan Bery melihat Boni sedang berjalan sendirian. Bery bermaksud berteriak minta tolong kepada Boni, tapi Beni melarangnya. Karena aliran air yang sangat kuat itu terus menyeret paksa sepeda Beni, dia pun menyerah dan merelakan sepedanya hanyut bersama derasnya air. Padahal kalau saja dia mau meminta tolong kepada Boni pastilah sepedanya itu akan selamat. Karena tubuh Boni yang cukup kuat dan belalai panjangnya akan sanggup menjangkau sepeda itu. Sebenarnya Boni pun melihat kejadian itu, dia hanya pura-pura tidak tahu. Di dalam hatinya ada rasa senang, karena besok pasti Beni tidak akan ada kesempatan untuk memamerkan sepedanya di sekolah.
Keesokan sorenya, giliran Boni berjalan dengan gagahnya di tengah kota dengan sepatu baru pemberian Bibi Bona. Ketika di perempatan jalan dia melihat Bery, Chiko, dan Tamy sedang berjalan bersama di sisi jalan lainnya. Boni pun segera menghampiri mereka.
Namun, karena kecerobohannya Boni tidak tahu kalau lampu lalu lintas telah berubah menjadi hijau. Kendaraan yang tadinya berhenti mulai bergerak lagi. Dengan cepat Boni menyebrang jalan dan sebisa mungkin menghindari kendaraan yang melintas. Teriakan teman-temannya bercampur baur dengan suara klakson mobil “Hati-Hati Boni ! Awas!!”. Beruntung Boni sampai di sebrang dengan selamat.
Sayangnya, ketika sadar ternyata salah satu sepatunya terlepas dan tertinggal di tengah padatnya jalan raya. Boni kebingungan dan merengek sebisanya kepada teman-temannya. Temannya ikut panik. Tak berapa lama Chiko melihat Beni keluar dari sebuah toko di sebrang jalan. Chiko bermaksud meminta tolong kepada Beni karena dia tahu Beni punya pergerakan yang sangat lincah dan gesit. Tapi, Boni melarang Chiko. Dia merasa gengsi kalau harus meminta tolong kepada orang yang pernah menyakiti hatinya.
Sampai akhirnya sebuah truk sampah berukuran cukup besar melintas dan melindas sepatu itu. Sepatu itu pun ikut terbawa berputar bersama roda truk. Tentu saja rusak. Begitulah, Boni pun merasa sedih dan menyesal.
Malam itu juga Boni pergi ke rumah Beni untuk meminta maaf. Di luar dugaannya belum sampai setengah perjalanan, dia sudah bertemu dengan Beni yang ternyata Beni juga berniat ingin ke rumah Boni untuk melakukan hal yang sama. Akhirnya mereka saling bermaafan dan tertawa riang dalam pelukan. Beni pun mengajak Boni ke rumahnya, kebetulan Ibunya sedang masak enak malam itu.

SELESAI



PENULIS                               : REVA FAUZI
FAKULTA                              : IKIP UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PRODUKSI                           : 5 November 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

animasi  bergerak gif
My Widget